• Sunrise At: 6:04 AM
  • Sunset At: 6:16 PM

Berapa Kali Rasulullah Berkurban Selama Hidupnya?

Berapa kali Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam melakukan kurban?

Alhamdulillah. Imam Ahmad (4955) dan Tirmidzi (1507) meriwayatkan —dan redaksi ini darinya— dari jalur H̱ajjāj bin Arṯāh dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam tinggal di Madinah selama sepuluh tahun dan selalu berkurban setiap tahun. Diriwayatkan oleh Ibnu Saad dalam aṯ-Ṯabaqāt (1/191) bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam tinggal di Madinah selama sepuluh tahun dan tidak pernah melewatkan berkurban. Hadis ini dihasankan oleh Imam Tirmidzi.

لكن في إسناده ضعف ؛ حجاج بن أرطاة صدوق ، لكنه مدلس ، قال العجلي : إنما يعيب الناس منه التدليس . وقال أبو زرعة صدوق يدلس . وقال أبو حاتم صدوق يدلس عن الضعفاء يكتب حديثه ، وأما إذا قال : حدثنا ، فهو صالح لا يرتاب في صدقه وحفظه إذا بين السماع . وقال ابن المبارك كان الحجاج يدلس . وقال ابن عدي إنما عاب الناس عليه تدليسه عن الزهري وغيره .

وكذا وصفه بالتدليس محمد بن نصر وإسماعيل القاضي والساجي وابن خزيمة والبزار وغيرهم .

ينظر : “تهذيب التهذيب” (2/ 196-198)

Hanya saja, ada kelemahan dalam sanadnya. H̱ajjāj bin Arṯāh statusnya Ṣadūq (jujur), tetapi dia Mudallis (Suka menyembunyikan cacat hadis). Al-ʿAjlī berkata, “Orang-orang mengritiknya karena Tadlīs.” Abu Zurʿah berkata, “Ṣadūq tapi Mudallis.” Abu H̱ātim berkata, “Ṣadūq tapi melakukan Tadlīs dari perawi-perawi lemah. Boleh ditulis hadis darinya. Adapun jika dia mengatakan, ‘Mengabarkan kepada kami …’ maka hadisnya benar tanpa perlu diragukan kebenaran dan hafalannya, jika memang dia mendengar langsung.” Ibnul Mubarak berkata, “H̱ajjāj itu Mudallis.” Ibnu ʿAdi mengatakan, “… hanya saja dia dikritik oleh orang-orang karena melakukan Tadlīs dari az-Zuhri dan lain-lain.” Dia juga dideskripsikan sebagai Mudallis oleh Muhammad bin Naṣr, Ismail al-Qāḏī, aS-Sājī, Ibnu Khuzaimah, al-Bazzār, dan lain-lain. Lihat Tahdzīb at-Tahdzīb, 2/196-198.

والحديث ضعفه الألباني في “ضعيف الترمذي” ، وكذا ضعفه محققو المسند .

لكن يظهر من هدي النبي صلى الله عليه وسلم أنه كان حريصا على الأضحية ، حتى إنه ضحى ، لما أدركه الأضحى في سفره .

روى مسلم (1975) عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: ذَبَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِيَّتَهُ، ثُمَّ قَالَ: ( يَا ثَوْبَانُ، أَصْلِحْ لَحْمَ هَذِهِ ) ، فَلَمْ أَزَلْ أُطْعِمُهُ مِنْهَا حَتَّى قَدِمَ الْمَدِينَةَ .

Hadis ini dilemahkan oleh al-Albani dalam kitab Ḏaʿīf at-Tirmidzī dan juga oleh para Muẖaqqiq kitab Musnad. Meskipun demikian, bimbingan Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam menunjukkan bahwa beliau sangat antusias melakukan kurban, sampai-sampai beliau tetap berkurban ketika mendapati Idul Adha di tengah perjalanan. Imam Muslim (1975) meriwayatkan dari Tsauban bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam menyembelih hewan kurbannya lalu berkata, “Wahai Tsauban, masaklah daging ini,” sampai-sampai aku terus memberi beliau daging itu sampai tiba di Madinah.

قال النووي رحمه الله :

” فِيهِ أَنَّ الضَّحِيَّةَ مَشْرُوعَةٌ لِلْمُسَافِرِ ، كَمَا هِيَ مَشْرُوعَةٌ لِلْمُقِيمِ وَهَذَا مَذْهَبُنَا وَبِهِ قَالَ جَمَاهِيرُ الْعُلَمَاءِ ” انتهى .

وهذا دليل على تعظيم النبي صلى الله عليه وسلم لأمر الأضحية ، وفي مجاري العادات : أن يكون حرصه عليها في الحضر أشد ، واهتمامه بها أوكد .

وقد روى ابن ماجة (3123) عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ، وَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا) وحسنه الألباني في صحيح ابن ماجة .

وروى أبو داود (2788) عن مِخْنَف بْن سُلَيْمٍ رضي الله عنه عن رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ عَلَى كُلِّ أَهْلِ بَيْتٍ فِي كُلِّ عَامٍ أُضْحِيَّةً )

حسنه الألباني في صحيح أبي داود .

وانظر إجابة السؤال رقم (36432)

An-Nawawi —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa dalam hadis tersebut tersirat tetap disyariatkannya kurban bagi musafir, sama seperti orang yang mukim. Inilah mazhab kami dan menjadi pendapat mayoritas ulama.” Selesai kutipan. Ini adalah bukti bahwa Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam sangat mengagungkan ibadah kurban. Secara logika, tentu beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam lebih mengagungkannya dan lebih antusias saat tidak safar.

Ibnu Majah (3123) meriwayatkan dari Abu Hurairah —Semoga Allah Meridainya— bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa mempunyai kelapangan tapi tidak berkurban, maka janganlah dia mendekatkan tempat salat kami.” Hadis ini dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah. Abu Daud (2788) meriwayatkan dari Mikhnaf bin Sulaim —Semoga Allah Meridainya— bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam bersabda, “Wahai manusia, setiap keluarga harus berkurban setiap tahun.” Hadis ini dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Daud. Lihat jawaban pertanyaan nomor 36432.

وقد صرح غير واحد من أهل العلم أنه كان يضحي كل سنة .

قال الشيخ ابن باز رحمه الله :

” كان النبي صلى الله عليه وسلم يضحي كل سنة بكبشين أملحين أقرنين أحدهما عنه وعن أهل بيته، والثاني عمن وحد الله من أمته ” انتهى من “مجموع فتاوى ابن باز” (18/ 38)

وقال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :

” المشروع في حق الحاج هو الهدي وليس الأضحية ، ولهذا لم يضح النبي صلى الله عليه وسلم في حجة الوداع ، مع أنه يضحي كل سنة، في حجة الوداع نحر هديا مئة بعير، نحر منها ثلاثا وستين بيده، والباقي أعطاه عليا رضي الله عنه ، وقال: انحره، ولم يضح ” انتهى من مجموع فتاوى ابن عثيمين (25/42).

Banyak ulama menyatakan dengan tegas bahwa beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam berkurban setiap tahun. Syekh Bin Baz —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa beliau Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam berkurban setiap tahun dengan dua ekor domba jantan bertanduk berwarna putih hitam; satu atas namanya dan keluarganya, dan yang kedua atas nama semua umatnya yang mengesakan Allah.” (Majmūʿ Fatāwā Ibni Bāz, 18/38)

Syekh Ibnu Utsaimin —Semoga Allah Merahmatinya— berkata bahwa yang disyariatkan bagi orang yang haji adalah Hadyu, bukan kurban. Inilah sebabnya mengapa Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam tidak berkurban saat haji Wadāʿ tetapi menyembelih seratus unta sebagai Hadyu, yang enam puluh tiga ekor di antaranya beliau sembelih dengan tangannya sendiri, dan sisanya diserahkan kepada Ali —Semoga Allah Meridainya— sembari berkata, “Sembelihlah!” Sementara beliau tidak berkurban. Selesai kutipan dari Majmūʿ Fatāwā Ibni Utsaimin (25/42).

فإذا صح ذلك : فيكون النبي صلى الله عليه وسلم قد ضحى تسع مرات صلى الله عليه وسلم ؛ قد قال جابر رضي الله عنه : ( إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَثَ تِسْعَ سِنِينَ لَمْ يَحُجَّ، ثُمَّ أَذَّنَ فِي النَّاسِ فِي الْعَاشِرَةِ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَاجٌّ ) رواه مسلم (1218)

فمكث تسع سنين ، يضحي فيها كل سنة ، ثم حج في العاشرة ، فأهدى ولم يضح .

ويحمل حديث ابن عمر – على فرض ثبوته – على أنه صلى الله عليه وسلم ضحى كل عام ما خلا عام حجه .

والله أعلم .

Jika itu benar, maka Nabi Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam berkurban sembilan kali. Jabir —Semoga Allah Meridainya— berkata bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam menetap selama sembilan tahun tanpa menunaikan ibadah haji, dan kemudian beliau mengumumkan kepada orang-orang pada tahun kesepuluh bahwa Rasulullah Ṣallallāhu ʿAlaihi wa Sallam akan menunaikan ibadah haji.” (HR. Muslim no. 1218)

Jadi, beliau menetap selama sembilan tahun dan selalu berkurban setiap tahunnya, kemudian berhaji pada tahun kesepuluh lalu menyembelih hadyu, bukan kurban. Jadi, hadis Ibnu Umar—jika memang sahih—dimaknai bahwa beliau selalu berkurban setiap tahunnya kecuali kecuali tahun di mana beliau berhaji. Allah Yang lebih Mengetahui.

Sumber:
https://islamqa.info/ar/answers/200562/كم-مرة-ضحى-رسول-الله-صلى-الله-عليه-وسلم

Referensi:
https://konsultasisyariah.com/42727-berapa-kali-rasulullah-berkurban-selama-hidupnya.html

BDI PHM - Copyright 2023